Kamis, 12 Juni 2025

TEORI MOTIVASI

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.

Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen di luar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli, di antaranya adalah teori motivasi Abraham Maslow, teori motivasi Herzberg, teori motivasi Douglas McGregor, teori motivasi Victor Vroom, teori motivasi McClelland, dan teori motivasi Clayton Alderfer. Masing-masing teori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)

Abraham Maslow (1943; 1970) dalam Goble (1971) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Maslow menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramida, di mana seseorang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hierarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

Gb1

Berdasarkan gambar tersebut, Maslow menjelaskan bahwa manusia memerlukan kebutuhan menurut tingkat hierarki sebagai berikut:

  1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan yang bersifat fisik seperti rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya;
  2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan terhadap rasa aman dan terlindung, serta jauh dari bahaya;
  3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki, seperti kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain, diterima, dan memiliki;
  4. Kebutuhan akan penghargaan, seperti kebutuhan untuk berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan, serta pengakuan; dan
  5. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan ini meliputi kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; serta kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)

Apabila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

Teori Motivasi Herzberg (1966)

Gb2

Menurut Herzberg (1966) dalam Robbins (2001), terdapat dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor tersebut meliputi faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik) dan dikenal dengan Teori Dua Faktor (two factors theory). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk dialamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk di dalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dan sebagainya.

Teori Motivasi Douglas McGregor

Gb3

McGregor dalam Cohen (1973) mengemukakan bahwa pada umumnya karyawan memiliki dua pandangan yang dapat diklasifikasi sebagai teori X (negative) dan teori Y (positive). Menurut teori X, karyawan memiliki empat perspektif, yaitu:

  1. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
  2. karyawan tidak menyukai kerja mereka sehingga harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
  3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
  4. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan melebihi semua faktor yang dikaitkan dengan kerja.

Teori X di atas berbanding terbalik dengan perspektif positif dalam teori Y. Teori Y memandang bahwa karyawan memiliki kodrat sebagai berikut:

  1. karyawan dapat memandang kerja sama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
  2. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
  3. Rata-rata orang akan menerima tanggung jawab.
  4. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

Teori Motivasi Victor Vroom (1964)

Gb4

Teori dari Vroom (1964) sebagaimana diungkapkan kembali dalam Ivancevich et al. (2005) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang diyakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

  1. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas;
  2. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu);
  3. Valensi, yaitu respons terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

Teori Motivasi McClelland (1961)

Gb5

McClelland (1961) dalam Lussier dan Achua (2010) mengemukakan Achievement Theory yang menyatakan bahwa terdapat tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:

  1. Need for achievement, yaitu kebutuhan akan prestasi;
  2. Need for affiliation, yaitu kebutuhan akan hubungan sosial. Jenis kebutuhan ini hampir sama dengan social need yang dikemukakan Maslow.
  3. Need for power, yaitu dorongan untuk mengatur.

Teori Motivasi Clayton Alderfer

Gb6

Clayton Alderfer dalam Robbins dan Judge (2001) mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (existence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori Maslow. Alfeder mengemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi.

(dibuat untuk tugas kuliah, Motivasi Pelanggan : Customer Behavior and Marketing Communication, MM UMB, 2020)

Sumber referensi:

  1. Goble, Frank G. (1971). The Third Force, The Psychology of Abraham Maslow. New York: Washington Square Press.
  2. Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge (2001). Organizational Behavior. 12th Ed. New Jersey: Person Education Inc.
  3. Cohen, William A. (1973). A Class With Drucker: The Loss Lessons of the World’s Greatest Management Teacher . New York: Amarican Management Association.
  4. Ivancevich, John M., Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson (2005). Organizational Behavior and Management. 7th Eds. The McGraw-Hills Companies.
  5. Lussier, Robert N. dan Christopher F. Achua (2010). Leadership: Theory, Application and Skill Development. 4th Eds. USA: South-Western Cengage Learning.
  6. Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge (2001). Organizational Behavior. 12th Ed. New Jersey: Person Education Inc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lelang Data Analytics di Kemenkeu

Pengadaan Penyusunan Grand Design Pusat Data Analitik Pemberantasan Korupsi Ruang Lingkup: 1. Asesmen Kondisi Eksisting Decision Support ...