Pada 2000an saya sudah bekerja di Salah satu perusahaan yang merupakan agent software GIS awal di Indonesia, katakanlah ESRI. beratnya Kalau ada kebutuhan client terhadap software tersebut, belum ada technical support di Jakarta, jadi harus explore sendiri, itupun harus nunggu softwarenya berhari hari hehe. ArcSDE, ArcIMS, dkk nya. Dan sampai saat ini brand ini tetaplah penyedia software bukan aplikasi solusi, tapi anehnya Masih banyak pemain sistem masih menganggap sebagai kompetitor. Ibarat Jualan bubur mau berkompetitor dengan toko beras.
Pernah membantu kementrian menyiapkan sistem spatial, membuat sofware ini harus mundur sementara dari proyek, software ini tidak jelek, sales nya aja Salah menjalankan strategi menjualnya. menawarkan banyak hal padahal kebutuhan client cuman sedikit.
Software GIS bukan masalah berbayar atau enggak, yang penting kebutuhan client terpenuhi dan gak ada masalah kedepannya. Beli makanan berbayar sama free bedakan rasanya, begitu juga software hehe ... Ilmu ekonomi sejak dulu tidak berubah, bayar lebih banyak untung. Jangan sampai menggunakan open source n free produk anda jadi ngadat.
Front end, back end dan end end lainnya untuk GIS Kalau dalam Dunia webgis hampir semua free. Yang berbayar justru dalam urusan data, karena besar dan dinamis maka perlu engine yang menghandle data sampai ke GIS Service, mudah dikonsumsi.
Karena Webgis atau location intelligence yang utama adalah informasi atau insightnya, atau malah kolaborasi yang tiada habisnya, memperdayakan potensi data yang ada dalam data, bisa lebih menguntungkan di banding tambang batubara yang suatu saat akan habis.
Jadi kedepan, jualan GIS adalah jualan informasi dan insight dan kebijakan dan act yang terakhir, di media yang bebas sendiri atau kolaborasi. Act seperti bersosialisi dengan yang ada di POi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar